Ciri-ciri :
1.
Intuisi
Sejarawan
memerlukan intuisi atau ilham dalam proses penyusunan kisah sejarah, yaitu
pemahaman langsung atau insting terhadap sumber dan fakta peristiwa selama masa
penelitian berlangsung.
2.
Imajinasi
Sejarawan
memerlukan kemampuan imajinasi yang tinggi, yaitu kemampuan untuk membayangkan
peristiwa yang sedang terjadi pada waktu itu, bahkan peristiwa yang sebelumnya maupun sesudahnya terjadi, dengan
melihat fakta-fakta peninggalan yang ditemukan. Sejarawan harus mampu
membayangkan keterkaitan peristiwa satu dengan yang lain sehingga menghasilkan
suatu cerita sejarah yang dapat dipahami dengan jelas oleh pembacanya.
3.
Emosi
Penulis
sejarah harus memiliki empati yang tinggi, yaitu kemampuan untuk menyatukan
perasaan dengan objeknya. Sejarawan diharapkan dapat menghadirkan peristiwa
sejarah masa lalu ke masa kini, seolah-olah mengalami sendiri peristiwa itu.
Penulisan sejarah dengan melibatkan aspek emosi menjadi sangat penting untuk
membangkitkan semangat dan mewariskan nilai-nilai perjuangan.
4.
Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa dalam penulisan sejarah mendukung maksud dan tujuan dari peristiwa
tersebut. Penulisan sejarah kepahlawanan biasanya menggunakan gaya bahasa yang
dinamis, penuh semangat, dan emosional untuk membangkitkan suasana heroik.
Dalam sejarah romantika dipenuhi gaya bahasa yang berbunga-bunga. Gaya bahasa
satire untuk menyindir penguasa sebagai bentuk protes sosial atas ketidakpuasan
terhadap kebijakan kelompok penguasa. Gaya bahasa yang berbelit-belit dan tidak
sistematis menimbulkan ketidakmenarikan terhadap pembacanya.
Masuknya
pengaruh seni dapat juga berakibat
negatif, yaitu :
a. Berkurangnya
ketepatan (keakuratan) dan obyektifitas dalam penulisan sejarah.
b. Penulisan
sejarah akan terbatas pada tema-tema tertentu, yang umumnya dianggap menarik,
seperti : sejarah perang, biografi, roman dsb.
No comments:
Post a Comment