Saturday, May 4, 2013

Sejarah sebagai seni

Ciri-ciri :
1.      Intuisi
Sejarawan memerlukan intuisi atau ilham dalam proses penyusunan kisah sejarah, yaitu pemahaman langsung atau insting terhadap sumber dan fakta peristiwa selama masa penelitian berlangsung.
2.      Imajinasi
Sejarawan memerlukan kemampuan imajinasi yang tinggi, yaitu kemampuan untuk membayangkan peristiwa yang sedang terjadi pada waktu itu, bahkan peristiwa yang  sebelumnya maupun sesudahnya terjadi, dengan melihat fakta-fakta peninggalan yang ditemukan. Sejarawan harus mampu membayangkan keterkaitan peristiwa satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah yang dapat dipahami dengan jelas oleh pembacanya.
3.      Emosi
Penulis sejarah harus memiliki empati yang tinggi, yaitu kemampuan untuk menyatukan perasaan dengan objeknya. Sejarawan diharapkan dapat menghadirkan peristiwa sejarah masa lalu ke masa kini, seolah-olah mengalami sendiri peristiwa itu. Penulisan sejarah dengan melibatkan aspek emosi menjadi sangat penting untuk membangkitkan semangat dan mewariskan nilai-nilai perjuangan.
4.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam penulisan sejarah mendukung maksud dan tujuan dari peristiwa tersebut. Penulisan sejarah kepahlawanan biasanya menggunakan gaya bahasa yang dinamis, penuh semangat, dan emosional untuk membangkitkan suasana heroik. Dalam sejarah romantika dipenuhi gaya bahasa yang berbunga-bunga. Gaya bahasa satire untuk menyindir penguasa sebagai bentuk protes sosial atas ketidakpuasan terhadap kebijakan kelompok penguasa. Gaya bahasa yang berbelit-belit dan tidak sistematis menimbulkan ketidakmenarikan terhadap pembacanya.

Masuknya pengaruh seni dapat juga berakibat negatif, yaitu :
a.       Berkurangnya ketepatan (keakuratan) dan obyektifitas dalam penulisan sejarah.
b.      Penulisan sejarah akan terbatas pada tema-tema tertentu, yang umumnya dianggap menarik, seperti : sejarah perang, biografi, roman dsb.

No comments:

Post a Comment