Friday, April 15, 2011

Analisa Pengaruh Brand Attitude Terhadap Brand Loyalty Konsumen Air Minum Kemasan Merek AQUA (Studi pada mahasiswa indekost di Asrama Kopma Unibraw

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para pemasar harus selalu mengikuti dan mempelajari perkembangan perilaku konsumen. oleh karena itu, para pemasar harus mempunyai pengetahuan yang baik mengenai perilaku konsumen sehingga dapat memberikan informasi yang akan digunakan untuk menemukan peluang-peluang dalam pemasaran, dan dapat menetapkan strategi pemasaran yang tepat.

Studi perilaku konsumen mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya adalah faktor budaya, sosial, kepribadian dan psikologis. Dalam faktor psikologis, terdapat beberapa komponen dan salah satunya adalah sikap. Sikap mempunyai peranan utama dalam membentuk perilaku. Dimana sikap mempunyai tiga variabel yaitu, kognitif, afektif dan konatif. Disamping itu, setiap konsumen mempunyai berbagai macam pertimbangan dalam menentukan pilihan tehadap suatu peoduk. Dikarenakan sikap menempatkan konsumen dalam sebuah kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai sebuah obyek, bergerak mendekati atau menjauhi obyek tersebut. Sikap menyebabkan orang-orang berperilaku cukup konsisten terhadap obyek yang serupa. Sikap sangat sulit berubah, disamping itu sikap seseorang membentuk pola yang konsisten dan untuk membentuk suatu sikap mungkin mengharuskan penyesuain sikap-sikap lain secara besar-besaran. Demikian halnya dengan sikap terhadap suatu merek. Sikap sangat menentukan suka atau tidaknya konsumen terhadap merek produk. Misalnya, dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, konsumen akan memilih merek yang dievaluasi paling menguntungkan.

Banyaknya jenis produk yang ditawarkan dipasar dan adanya berbagai macam iklan yang ada, dapat menyebabkan sering terjadinya perpindahan merek tanpa suatu alasan yang jelas. Oleh karena itu, mempertahankan loyalitas merek adalah hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Loyalitas merek atau brand loyalty dapat dibentuk dengan adanya sikap positif konsumen terhadap merek, dalam arti mendukung keberadaan merek disertai dengan pembelian, maka dapat dikatakan dia sebagai konsumen yang loyal. Namun, tidak selalu tindakan pembelian yang dilakukan konsumen dapat membuat konsumen tersebut masuk kedalam kategori konsumen yang loyal karena setiap akan melakukan keputusan pembelian yang baru, setiap konsumen harus melalui evaluasi lagi mengenai sikapnya kemudian dia akan dapat mengambil keputusan membeli atau tidak.

Dalam menciptakan loyalitas seorang konsumen terhadap suatu merek, bukanlah persoalan yang mudah untuk dilakukan. Banyaknya pilihan produk yang tersedia membuat konsumen lebih cenderung menjatuhkan pilihan sesuai dengan persepsi konsumen terhadap merek-merek tertentu yang menjadi favorit konsumen. hal ini berlaku pula pada produk Air Minum dalam Kemasan (AMK) yang bersih dan sehat sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI). Pada saat ini, di pasaran banyak sekali terdapat AMK dengan merek-merek baru yang saling bersaing ketat. Dewasa ini, kesadaran para konsumen akan pentingnya AMK yang bersih dan sehat sudah meningkat. Walaupun dipasaran sudah banyak sekali AMK isi ulang yang beredar, dan beberapa waktu yang lalu tidak sedikit masyarakat yang tergiur dengan harga murah yang ditawarkan. Dalam www.aqua.com, banyak pakar berasumsi bahwa tidak semua depot AMK isi ulang menghasilkan air yang siap dikonsumsi. Bahkan kelayakan AMK isi ulang inipun tidak memenuhi SNI. Karena setelah diteliti, dalam AMK isi ulang banyak sekali yang tercemar bakteri colliform dari resapan limbah rumah tangga. Dimana, bakteri e-coli merupakan ukuran mikrobiologis terpenting untuk menakar kualitas air minum. Keberadaan bakteri ini menimbulkan berbagai macam efek, antara lain yaitu : demam, kram perut, dan muntah-muntah. Keberadaan bakteri dalam air minum bisa disebabkan oleh air bakunya (sumber) yang tercemar, waktu pemaparan radiasi dengan sinar ultraviolet kurang memadai sehingga bakteri tidak terbasmi selama penyinaran.

Selain konsumen, pihak perusahaan AMK juga merasa dirugikan, selain secara materi, citra dari merek AMK yang mereka produksi yang telah beredar di pasar juga ikut terkena dampaknya, karena banyak sekali depot AMK isi ulang yang menggunakan botol atau galon dari perusahaan AMK bermerek. Hal tersebut jelas melanggar hukum karena dapat menyebabkan konsumen bingung dan terkecoh dalam membeli AMK. Namun, dengan danya promosi besar-besaranyang dilakukan oleh beberapa perusahaan AMK bermerek, hal ini dapat diatasi dan sekarang mulai berangsur-angsur pulih, dalam artian konsumen saat ini sudah menjadi lebih teliti dalam membeli dan sudah mementingkan kebersihan dan kesehatan AMK yang dikonsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari.

Dalam pelataran bisnis, salah satu merek AMK yang terkemuka di Indonesia, bahkan di dunia, adalah AQUA yang diproduksi oleh P.T. Tirta Investama. Oleh karena itu, peneliti menggunakan merek AMK AQUA sebagai bahan penelitian, disamping itu peneliti beranggapan bahwa merek AMK AQUA merupakan merek yang berkualitas tinggi yang memiliki kinerja sangat baik dan juga karena walaupun AQUA memiliki nama besar dan telah menguasai pangsa pasar AMK, pihak AQUA tidak berhenti mengevaluasi diri menuju arah perbaikan. Adapun cita-cita dari P.T. Tirta Investama adalah tidak hanya mendapat tempat dihati masyarakat, namun juga berusaha untuk menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Apa yang telah dicita-citakan P.T. Tirta Investama tersebut berhasil, karena berdasarkan volume penjualan, merek AQUA berhasil menempati urutan ketiga didunia setelah Electropura dan Evian. Sedangkan dari konferensi ABWA di Bali tercatat juga bahwa angka penjualan AQUA galon adalah nomor satu dibenua Asia. Pada tahun 2003 AQUA juga menerima Superbrands Award. Dimana Superbrands adalah sebuah organisasi independen yang melakukan penelitian terhadap produk yang dianggap mempunyai keunggulan dibidangnya. Namun Superbrands, yang didirikan di London 14 tahun yang lalu ini, juga menentukan produk-produk tersebut berdasarkan adjustment dari orang-orang yang berkompeten. Di Indonesia, Superbrands bekerjasama dengan beberapa lembaga independen dalam melakukan penelitian terhadap produk-produk yang akan menerima penghargaan.

Dalam www.aqua.com, di sebutkan bahwa AQUA layak menerima penghargaan dari Superbrands karena memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria tersebut antara lain adalah market dominance, seberapa besar kehadiran brand produk tersebut di masyarakat. Kriteria kedua adalah longevity, seberapa lama brand tersebut akan bertahan di masyarakat. Kriteria ketiga adalah goodwill, adakah nilai lebih dari produk tersebut, apakah masyarakat mempunyai kepercayaan terhadap kualitasnya. Kriteria berikutnya adalah customer loyalty. Kemudian kriteria berikutnya ialah overall market acceptancy, apa yang membedakan produk tersebut dari produk-produk sejenis di pasaran sehingga membuat konsumen tetap memilihnya.

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas mengenai pentingnya merek, pengetahuan tentang perilaku konsumen, dan loyalitas merek, maka penelitian ini akan mengambil judul “Analisis Pengaruh Brand Attitude Terhadap Brand Loyalty Konsumen Air Minum dalam Kemasan Merek AQUA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah :

1. Bagaimana pengaruh Brand Attitude (Kognitif, Afektif, Konatif) secara simultan terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty) ?

2. Bagaimana pengaruh Brand Attitude (Kognitif, Afektif, Konatif) secara parsial terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty) ?

3. Variabel Brand Attitude manakah yang lebih dominan terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty) ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Brand Attitude (Kognitif, Afektif, Konatif) secara simultan terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty).

2. Untuk mengetahui Brand Attitude (Kognitif, Afektif, Konatif) secara parsial terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty).

3. Untuk mengetahui variabel Brand Attitude yang lebih dominan terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang masalah yang dikaji.

2. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam menetapkan strategi pemasaran khususnya strategi yang berkaitan dengan perilaku konsumen.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi pustaka bagi perguruan tinggi, baik di tingkat fakultas maupun universitas.

4. Bagi Pihak Lain

Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian mengenai bidang atau permasalahan yang sama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa penjelasan mengenai pengertian pemasaran, perilaku konsumen, sikap, merek dan loyalitas merek. Penjelasan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat antara satu dengan yang lain untuk kepentingan penelitian maupun penulisan.

2.1 Pengertian Pemasaran dan Strategi Pemasaran

Menurut Kotler (2000:9) “ Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang kelompok butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.

Sedangkan menurut Tjiptono (2002:6) mendefinisikan “Strategi Pemasaran sebagai suatu alat fundamental yang direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan perusahaan agar dapat mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut”.

Salah satu contoh dari strategi pemasaran adalah membentuk sebuah merek dipasaran dan mengelolanya dengan baik sehingga merek tersebut dapat memiliki brand value yang tinggi.

2.2 Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen menurut Mowen (2002:6) adalah “Studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide”. Sedangkan menurut Engel (1994:3) “Perilaku Konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Perilaku Konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu (atau kelompok/organisasi) yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan barang dan jasa. Perilaku konsumen (keputusan pembelian) banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Untuk lebih jelas dan lebih mudah dipahami maka dibuatlah gambar berikut, yakni gambar model perilaku pembeli (gambar 2.1) dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku (gambar 2.2).

Gambar 2.1

Model Perilaku Pembeli

Sumber: kotler (2000 : 183)

Gambar 2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Sumber: kotler (2000 : 225)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian dan Komponen Sikap

Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang di evaluasi secara paling menguntungkan. Kinner & Taylor (1990:90) berpendapat bahwa Sikap adalah hasil pengamatan berdasarkan pandangan, penilaian dan tindakan proses orientasi dengan tanggapan atas obyek gejala lainnya.

Menurut (Kottler, 2000:200) “Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkandan bertahan lama dari seseorang terhadap obyek atau gagasan”. Sedangkan menurut (Engel, 1994:122) “Sikap adalah sebagai suatu bentuk evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan”.

Sikap menurut (Hurriyati, 2005:85) adalah predeposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat mengarahkan tingkah laku individu. Menurut (Mowen, 2001:319) Sikap merupakan pengkategorian obyek pada rangkaian kesatuan evaluatif. Karakteristik utama yang membedakan sikap dari konsep lainnya adalah sifat evaluatif dan efektif. Sikap sebagai afeksi atau perasaan terhadap rangsangan. Pengertian sikap dalam hubungannya dengan perilaku pembelian konsumen adalah adanya faktor-faktor genetis dan proses belajar seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa. Pembentukan sikap itu dapat positif dan dapat pula negatif (Hurriyati, 2005:85). Sikap merupakan perasaan menyenangi atau tidak menyenangi suatu obyek didalam suatu lingkungan. Dari beberapa pengertian mengenai Sikap, dapat dikatakan bahwa sikap merupakan evaluasi secara keseluruhan sebelum pengambilan keputusan. Dan intensitas, dukungan, serta kepercayaan merupakan sifat penting dari sikap (Engel, 1994:336)

Sikap juga merupakan tanggapan nyata yang diberikan seorang konsumen terhadap suatu produk, atau juga merupakan suatu ekspresi (ungkapan) tentang bagaimana perasaan seseorang terhadap suatu obyek atau suatu hal atau gagasan. Dimana sikap tersebut mempunyai tiga komponen menurut Engel (1994) dalam (Hurriyati, 2005:86), yaitu :

  1. komponen kognitif, merupakan komponen kepercayaan yang didasari oleh pengetahuan, persepsi, dan pengalaman seseorang mengenai suatu obyek.
  2. Komponen Afektif (perasaan), merupakan emosi-emosi yang ada pada diri seseorang dalam kaitannya dengan suatu obyek atau merek.
  3. Komponen Konatif (kecenderungan bertindak), merupakan kesiapan untuk berperilaku tertentu atau maksud membeli.

Terdapat beberapa tahap pengembangan sikap yang mendukung terjadinya pembelian. Dan langkah pengembangan sikap ditunjukkan oleh gambar 2.3.

Gambar 2.3

Langkah-langkah Pengembangan Sikap.

Ketidaksadaran akan Produk

Kesadaran akan Produk

Pengetahuan akan Produk

Kesukaan akan Produk

Preferensi kepada Produk

Kehendak untuk bertindak sesuai Preferensi

Pertukaran

Sumber : Robert J. Lavidge & Gary Steiner (dalam Hiam &Schewe, 1994)

2.4 Merek

2.4.1 Pengertian Merek

Merek meliputi nama, istilah, simbol, atau beberapa kombinasi dari unsur-unsur tersebut untuk mengidentifikasi dan membantu membedakan produk atau jasa dari satu penjual terhadap produk atau jasa dari penjual lainnya (Boyd Walker & Larreche, 2000:273). Nama merek (brand name) adalah bagian yang bisa diucapkan. Tanda merk (brand mark) adalah sesuatau yang tidak dapat diucapkan, seperti simbol, desain, atau kemasan yang unik. Merek dagang (trademark) adalah merek atau bagian dari merek yang secara sah dimiliki secara eksklusif oleh penjual tertentu.

American Marketing Association dalam (Kotler, 2000:460) mendefinisikan merek sebagai berikut “Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing”. Menurut (Aker, 1997:9), “merek adalah nama, dan/atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud megidentifikasi barang atau jasa dari sesorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor”.

2.4.2 Makna, tujuan, dan persyaratan merek

Merek memiliki beraneka ragam makna tergantung kepada persepsi setiap konsumen yang tentunya berbeda antara persepsi konsumen yang satu dengan yang lainnya. Menurut (Kotler, 2000:460) didalam suatu merek terkandung enam macam makna, yaitu :

  1. Atribut

Merek menyampaikan atribut-atribut tertentu. Misalnya Jaguar mengisyaratkan tahan lama (awet), mahal, desain berkualitas, nilai jual kembali yang tinggi, prestisius, cepat dan sebagainya.

  1. Manfaat

Merek bukanlah sekedar kumpulan atribut, sebab yang dibeli konsumen adalah manfaat, bukannya atribut. Atribut harus diterjemahkan kedalam manfaat fungsional dan emosional atau psikologis. Misalnya atribut mahal dapat diungkapkan dengan manfaat emosional seperti “Mobil Jaguar dapat menaikkan gengsiku”.

  1. Nilai-nilai

Merek juga menyatakan nilai-nilai yang dianut produsennya. Contohnya Jaguar mencerminkan kinerja tinggi, keamanan dan prestise.

  1. Budaya

Dalam merek terkandung budaya tertentu. Jaguar terorganisasi rapi, efisien dan berkualitas tinggi.

  1. Keperibadian

Merek bisa pula memproyeksikan kepribadian tertentu. Apabila suatu merek divisualisasikan dengan orang, binatang, atau suatu obyek, apa yanga terbayangkan? Mercedes memberi kesan pimpinan yang berwibawa (orang), singa yang berkuasa (binatang), atau istana yang megah (obyek).

  1. Pemakai

Merek juga menyiratkan tipe konsumen yang membeli atau menggunakan produknya. Contohnya, mobil Mercedes kerapkali dipersepsikan sebagai mobil untuk eksekutif puncak paruh baya.

Beberapa kondisi yang menguntungkan untuk pemberian merek menurut (McCharty & perreault, 1998:63) yaitu :

1. produk menjadi mudah diidentifikasi oleh merek atau merek dagang.

2. kualitas produk merupakan nilai terbaik dalam penetapan harga dan kualitasnya menjadi mudah dipertahankan

3. ketersediaan yang terpercaya dan tersebar dimungkinkan

4. Permintaan terhadap kelas produk umum cukup besar

5. harga pasar cukup tinggi agar upaya pemberian mereknya cukup menguntungkan

6. ada skala ekonomis. Jika pemberian merek benar-benar berhasil, biaya bisa turun dan laba akan meningkat

7. tersedia lokasi atau pajangan di toko

Menurut Irwan (1996:89) bahwa penggunaan merek pada produk dapat memberikan keuntungan atau manfaat baik bagi penjual maupun pembeli.

Adapun keuntungan penggunaan merek bagi pembeli tersebut adalah:

1. mempermudah pembeli untuk mengenal barang yang diinginkan.

2. pembeli dapat mengandalkan keseragaman kualitas barang-barang yang bermerek.

3. melindungi koosumen, karena dari merek barang dapat diketahui perusahaan yang membuatnya.

4. barang-barang yang bermerek cenderung ditingkatkan kualitasnya karena perusahaan yang memiliki merek akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan nama baik mereknya.

Sedangkan keungtungan penggunaan merek bagi penjual adalah sebagai berikut:

1. Membantu program periklanan dan peragaan perusahaan.

2. Meningkatkan pengawasan terhadap barang yang dijual

3. Memperluas pangsa pasar.

4. Membangun citra perusahaan.

5. Membantu segmentasi pasar.

6. Mempermudah memperluas bauran produk.

7. Merupakan perlindungan hukum terhadap sifat khas produk.

Menurut Mc carthy dan Parreault (1995:195), karakteristik nama merek yang baik antara lain:

1. Pendek dan sederhana.

2. Mudah dieja dan dibaca.

3. Mudah dikenali dan diingat.

4. Mudah diucapkan.

5. Hanya dapat diucapkan dengan satu cara.

6. Dapat diucapkan dalam semua bahasa (untuk pasar internasional)

7. Menyarankan manfaat produk.

8. Mengadaptasi keperluan pengepakan/pemberian label.

9. Tidak ofensif, cabul dan negatif.

10. Selalu tepat waktu (tidak ketinggalan jaman).

11. Mengadaptasi semua media iklan.

12. Secara hukum tersedia untuk digunakan (tidak digunakan oleh perusahaan lain).

2.4.3 Ekuitas Merek

Ekuitas merek (brand equity) merupakan serangkaian aset dan pasiva / liabilities yang terkait dengan suatu merek, nama dan sombolnya, yang menambah dan mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker, 1997 : 23). Sebuah merek bisa memiliki posisi yang kuat dan menjadi modal atau ekuitas bagi suatu perusahaan apabila merek tersebut memenuhi lima unsur atau elemen yang meliputi:

1. Brand Loyalty

Loyalitas merek mancerminkan komitmen psikologis pelanggan/konsumen terhadap merek tertentu dan merupakan harapan/keinginan dan tujuan para produsen/perusahaan dari pelanggan perusahaan tersebut. Loyalitas merek juga merupakan dimensi inti dari equitas merek. Pelanggan yang loyal akan menjadi hambatan masuk bagi para pesaing, memungkinkan ditetapkanya harga premium, tersedianya waktu untuk menanggapi inovasi dari para pesaing dan bisa menjadi benteng pelindung dari kemungkinan kompetisi harga. Selain itu, loyalitas merek berdampak pada biaya pemasaran yang lebih efisien yaitu biaya mempertahankan pelanggan jauh lebih murah daripada menarik pelanggan baru.

2. Brand Awareness/ kesadaran merek

Kesadaran merek megarah pada sejauh mena sebuah merek dikenal atau tinggal dalam benak konsumen. Kesadaran merek dapat diukur dengan berbagai cara, tergantung pada cara konsumen mengingat suatu merek. Diantaranya adalah pengenalan merek (brand recognition), ingatan merek (brand recall), ”top of mind” brand, dan merek dominan (dominant brand). Pengenalan merek menggambarkan sejauh mana sebuah nama merek telah akrab dikenal berdasarkan pengalaman masa lalu. Ingatan merek mencerminkan nama-nama merek yang diingat jika kelas produk tertentu disebutkan. Sedangkan top of mind brand adalah merek yang pertama kali diingat atau disebutkan. Dan merek dominan yaitu satu-satunya merek yang diingat, merupakan tingkat kesadaran merek paling tinggi yang dapat terjadi apabila pelanggan hanya dapat menyebutkan nama-nama merek dalam kelas produk tertentu.

3. Perceived Quality/kesan kualitas

Perceived quality merupakan asosiasi merek yang ditijau dari susut padang konsumen, yang umumnya sebuah merek dipersepsikan sebagai produk berkualitas tinggi. Sehingga perceived quality sering dipandang sebagai ukuran ”kebaikan merek” (brand goodness) yang dituntut konsumen.

4. Strong Brand Association/asosiasi merek yang kuat

Faktor ini dicerminkan oleh asosiasi yang dibuat oleh konsumen terhadap sebuah merek tertentu sebagai tambahan terhadap kesan kualitas. Asosiasi ini bisa berupa atribut, juru bicara selebriti, atau symbol tertentu. Asoisasi merek yang kuat dapat membantu pelanggan memproses dan menerima informasi; menjadi alasan untuk membeli serta menciptakan perasaan atau sikap positif terhadap merek yang bersangkutan.

5. Other Proprietary Brand Assets/aset-aset merek lainnya

Untuk lebih jelasnya mengenai konsep ekuitas merek ini maka lihat gambar 2.4 yang memeperlihatkan kemampuan ekuitas merek dalam menciptakan nilai bagi perusahaan dan atau pelanggan atas dasar lima kategori yang telah disebutkan di atas.

Gambar 2.4

Konsep Brand Equity

Sumber : aaker dalam darianto dkk, 2001 : 5

Kotler (2000:462) mengatakan bahwa nilai ekuitas merek yang tertinggi memberikan beberapa keunggulan kompetitif sebagai berikut :

  • Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena kesadaran dan kesetiaan merek (brang loyalty) konsumen yang tinggi.
  • Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan distributor maupun pengecer menjual merek tersebut.
  • Perusahaan dapat mengnakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakini lebih tinggi.
  • Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek karena merek tersebut mempunyai kredibilitas tinggi.
  • Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang ganas.

2.5 Loyalitas Merek

2.5.1 Pengertian dan Pentingnya Loyalitas

Perilaku pembelian ulan gsering dihubungakan dnegan loyalitas merek. Namun, ada perbedaan diantara keduanya. Loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, sedangkan perilaku pembeian ulang menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali (bisa disebabkan karena hanya satu-satunya merek yang tersedia, merek dengan harga murah, atau akibat prmosi yang gencar dan sebaliknya). Sebaliknya pelanggan yang setia dengan merek tertentu cenderung terikat dengan merek tersebut dan akan membeli prduk yang sama sekalipun tersedia banyak alternatif lainnya.

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran terkait pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain.(Durianto, 2001:126)

Menurut Assael (1992 : 28) mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk mempelajari loyalitas merek yang secara umum digunakan utnuk pakar perusahaan.pendekatan pertama yaitu pendekatan yang merujuk pada pembelian sepanjang waktu sebagai indikasi loyalitas merek. Pendekatan ini merupakan pendekatan perilaku. Pendekatan kedua adalah pendekatan kognitif, sebuah pendekatan yang juga memperhatikan komponen selain perilaku. Pendekatan ketiga adalah loyalitas merek bukan hanya merupakan fungsi dari perilaku masa lalu. Loyalitas merek merupakan konsep multi dimensional yang harus menggabungkan komitmen konsumen terhadap suatu merek.

Istilah loyalitas lebih mengimplemantasikan sebuah komitmen daripada sekedar pembelian berulang. Fakta menunjukkan bahwa dengan sikap dan perilaku akan menghasilkan suatu gambaran loyalitas merek yang diterima. Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik umum yang bisa diidentifikasikan apakah seorang konsumen mendekati loyal atau tidak. Selanjutnya dikemukakan 4 hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen loyal yaitu sebagai berikut:

1. Konsuemn yang loyal terhadap merek cenderung percaya diri terhadap pilihannya.

2. Konsumen yang loyal lebih memubgkinkan merasakan resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.

3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga memungkinkan loyal terhadap tempat produksi barang dan jasa.

4. Kelompok yang minoritas cenderung untuk loyal terhadap merek.

2.5.2 Situasi Kemungkinan

Ada dua perspektif utama menyangkut loyalitas merek, yakni loyalitas merek sebagai perilaku dan loyalitas merek sebagai sikap, dengan kata lainloyalitas merek dapat ditinjau dari merek apa yang dibeli konsumen dan bagaimana perasaan konsumen atau sikap komponen terhadap merek tertentu (Fandy, 2000).

1. Perspektif Behavioral

Berdasarkan perspektif ini, loyalitas merek diartikan sebagai pembelian ulang suatu merek secara konsisten oelh pelanggan. Jika setiap kali seorang konsumen membeli ulang suatu produk dan konsumen tersebut membeli merek yang sama, maka konsuemn itu dikatakan pelanggan yang setia pada merek tersebut dalam kategori produk bersangkuta. Namun dalam praktek, sedikit sekali dijimpai palanggan yang setia 100% hanya pada satu merek. Oleh sebab itu, ada tiga ukuran loyalitas merek behavioral yang banyak digunakan, yaitu:

a. Proporsi Pembalian

Loyalitas diukur dengan presentase tertentu, yaitu jumlah pembelian merek yang paling sering dibeli dibagi dengan total pembelian.

b. Ukuran atau rentetan pembelian

Ukuran loyalitas yang lain adalah konsistensi ebrkaitan dengan urutan pem,balian dan frekuansi konsumen beralih atau berganti pemasok. Ada lima macam pola urutan pembelian :

1. Undevided Loyalty : AAAAAAAA

2. Occasional Switch : AABAAACAADA

3. Switch Loyalty : AAAABBBB

4. Devided Loyalty : AAABBBAABBB

5. Brand Indifference : ABDCBACD

c. Probabilitas Pembelian

Dalam ukuran ini, proporsi dan urutan pembelian dikombinasikan untuk menghitung probabilitas pembelian berdasarkan sejarah pembalian pelanggan dalam jangka panjang. Langkah pertama, proporsi pembalian dalam kurun waktu cukup lama dihitung. Kemudian, pada setiap titik waktu, proporsi tersebut disesuaikan agar dapat mencerminkan pembelian terbaru. Setiap kali pelanggan membeli merek spesifik tertentu, pembelian tersebut menaikkan prbabilitas stastistik pembelian ulang merek bersangkutan pada kesempatan berikutnya.

2. perpektif sikap

masalah yang dihadapi dalam perpektif behavioral adalah bahwa tang dapat dijelaskan hanyalah fakta manyangkut pembelian lang merek yang sama, namun tidak dapat menjelaskan apakah konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibandingkan merek-merek lain. Dan dalam praktek, sangat meungkin terjadi konsumen membeli merek yang sama karena faktor kebiasaan atau kenyamanan, bahkan konsumen dapat beralih ke merek lain karena beberapa alasan atau faktor, misalnya pemberian diskon dan kehabisan stok. Jika ditinjau dari perspektif behavioral, maka pelanggan bersangkutan dapat dikatakan tidak loyal lagi. Oleh sebab itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap pelanggan terhadap merek juga harus diteliti dan diukur. Bila sikap pelanggan lebih positif terhadap merek tertentu dibandingkan merek-merek lain, maka pelanggan tersebut dikatakan loyal terhadap merek bersangkutan.

Sheth dalam Fandi (2000) mengatakan bahwa Perpektif lolayitas merek tidak hanya berlaku untuk produk/jasa saja tetapi juga berlaku untuk pemasok atau toko. Dalam cakuipan yang lebih luas, loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkkan sikap yangpositif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.definisi tersebut mencakup dua komponen penting yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap dan komnibasi kedua komponen itu menghasilkan empat situasi kemungkinan loyalitas : no loyalty, spurious loyalty, latent loyalty, dan loyalty (fandy, 2000).

a. No loyalty

Bila sikap dan perilaku pembalian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentu. Ada dua kemingkinan penyebab. Pertama, sikap yang lemah dapat terjadi bila suatu produk/jasa baru di perkenalkan dan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unik produknya. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar. Merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa atau sama. Konsekwensinya, pemasar mungkin sangat sukar membentuk sikap yang positif atau kuat terhadap produk atau perusahaannya, nmaun dapat dicoba dengan menciptakan spurious loyalty melalui pemilihan lokasi yang strategi, dan promosi yang agresif.

b. Spurious loyalty

Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya norma subyektif dan faktor situasional.

c. Laten loyalty

Situasi latent loyalty tercermin ketika sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi ini disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembalian ulang.

d. Loyalty

Merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar / penjual / perusahaan, yaitu konsumen bersikap positif terhadap produk atau perodusen dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

2.5.3 Tingkat Loyalitas Merek

Menurut Darianto (2001 : 128) bahwa tingkat loyalitas merek mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah sebagai berikut:

1. Switcher (berpindah-pindah)

Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pembali yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tingggi frekuensi pembeli untuk memindahkan pembalian dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan pembeli tersebut sebagai pembali yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertari pada merek tersebut.

2. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli yang berada pada tigkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsikan atau setidaknya pembali tidak mengalami ketidak puasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun berbagai pengorbanan lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan pembali selama ini.

3. Satiesfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkat ini, pembeli merek dalam kategori puas bila pembeli mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja pembeli memindahkan pembeliannya ke merek lain dnegan menanggung switcing cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang dan resiko kinerja yang melekat dengan tindakan pembali beralih merek.

4. Liking the Brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk kategori loyalitas ini merupakan pembali yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suku pembeli ini bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan symbol rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialalmi pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi.

5. Commited Buyer

Pada tahapan ini, pembeli merupakan pelanggan yang setia. Pembali memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi pembeli tersebut, dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspektasi mengenai siapa sebenarnya pembeli tersebut. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas yang bisa ditunjukkan adalah mempromosikan dan merekomendasikan merek tersebut kepada puhak lain.

2.6 Kerangka Pemikiran

Dari tinjauan teori di atas, dapat ditentukan sebuah kerangka pikir dari bahasan yang diungkapkan sebagai berikut:

Gambar 2.6

Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

H1 = terdapat pengaruh secara simultan atau serentak dari brand attitude (kognitif, afektif, konatif) terhadap loyalitas merek atau (brang loyalty)

H2 = terdapat pengaruh secara parsial atau satu persatu dari brand attitude (kognitif, afektif, konatif) terhadap loyalitas merek atau (brand loyalty)

H3 = diduga variablbe kognitif pada brand attitude berpengaruh dominan terhadap loyalitas merek atau (brand loyalty)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sample dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dalam (Singarimbun, 1995:4) penelitan survei dapat digunakan untuk maksud (1) Penjajagan (eksploratif), (2) Deskriftif, (3) penjelasan ( eksplanatori atau confirmatory), yakni untuk menjelaskan hubungan klausal dan pengujian hipotesa; (4) Evaluasi,(5) prediksi atau meramalkan kejadian tentang di masa yang akan datang , (6) penelitian operasional, dan (7) Pengembangan indikator-indikator sosial.

Jenis penelitian survei yang di maksud disini adalah penelitian penjelasan (eksplanatory research) yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan klausal antara variabel-variabel yang saling terkait melalaui pengujian hipotesa.

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel penelitian

Sugiyono (1997) dalam (Umar,2000:121) menyatkan bahwa variabel di dalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok obyek yang diteliti, mempunyai variasi antara satu san lainnya dalam kelompok tersebut. Sehingga bisa dikatakan juga, bahwa variabel tidak lain adalah pengelompokan logis dari dua atau lebih atribut.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunkan dua variabel dependen dan variabel independen. Dimana variabel dependen, merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya.(Sakaran, 1992:65)

Variabel independen, merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat baik secara negatif maupun secara positif. (Sakaran, 1992:66)

3.2.2 Konsep Dan Definisi Operasional

Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar gfeneralisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, kelompok, atau individu tertentu. (Singarimbun, 1995:5)

Ada dua konsep dalam penelitan ini,yatiu sikap dan loyalitas. Masing-masing konsep mempunyai sejumlah komponen. Berikut merupakan definisi konsep dan komponen-komponennya:

1. Sikap adalah tanggapan nyata yang diberikan seorang konsumen terhadap sutu produk atau suatu ekspresi (ungkapan) tentang bagaimana perasaan seseorang terhadap suatu obyek atau suatu hal atau gagasan. Dimana ada tiga komponen dari sikap menurut Engel (1994) dalam (Hurriyati,2005:86), yaitu:

· Komponen Kognitif, merupakan komponen kepercayaan yang didasari oleh pengetahuan, persepsi, dan pengalaman seseorang mengenai suatu objek.

· Komponen Afektif (perasaan), merupakan emosi-emosi yang ada pada diri seseorang dalam kaitannya dengan suatu objek atau merek.

· Komponen konatif (kecenderungan bertindak) merupakan kesiapan untuk berperilaku tertentu yang didasari oleh suatu sikap tertentu atau maksud membeli.

2. Loyalitas adalah suatu ukuran keterkaitan seseorang konsumen pada sebuah merek dan juga mencerminkan pengaruh dari fungsi psikologis terhadap proses pengambilan keputusan pembelian.

Loyalitas merek yaitu tingkat kesetiaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu merek dalam jangka waktu tertentu.

3.2.3 Skala Pengukuran

Untuk membantu mengukur konsep lebih cermat maka digunakan skala. Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu obyek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada ciri tersebut.

Dengan kata lain skala merupakan pemberian angka-angka terhadap benda atau peristiwa atau kaidah tertentu dan menunjukkan bahwa kaidah yang berbeda menghendakai skala yang berbeda pula.

Dalam Penelitian ini kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup (close-ended question) dan responden diminta untuk menjawabnya dengan cara memberi tanda silang untuk dipilih. Untuk mengukur jawaban responden tersebut digunakan skala Likert.

Dimana skala Likert menurut Effendi (dalam Singarimbun, 1995:111) adalah ukiran gabungan yang didasarkan pada suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks. Skala Likert yang digunakan adalah skala likert dengan lima option, yaitu: sangat setuju, setuju, netral,tidak setuju, sangat tidak setuju,. Skor jawaban responden dapat dinyatakan dalam bentuk nilai sebagai berikut :

1 =sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju , 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Asrama Kopma Brawijaya. Alasan pemilihan lokasi di Asrama Kopma Universitas Brawijaya karena Asrama Kopma Universitas Brawijaya merupakan tempat kost yang banyak dihuni oleh mahasiswa. Selain itu lokasi Penelitian juga merupakan tempat tinggal penulis dan hal tersebut untuk efisiensi biaya, waktu, dan tenaga.

Sedangkan yang menjadi obyek Penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi indekost di Asrama Kopma Universitas Brawijaya, dan merupakan pengonsumsi atau pernah memakai air minum kemasan merek AQUA.

3.3.2 Jenis dan Sumber Data

A. Berdasarkan sumbernya :

1. Data Primer

Yaitu data yang didapat dari sumber pertama atau data yang diperoleh secara langsung dari responden baik melalui hasil pengisian kuesioner maupun wawancara.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari fihak lain secara tidak langsung guna mendukung Penelitian. Data sekunder bisa berupa litreratur, karya ilmiah orang lain.

B. Berdasarkan Sifatnya:

1. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa numerik atau angka.

2. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi non-angka seperti teori-teori yang mendukung.

Dalam mengumpulkan data sebagai bahan Penelitian di gunakan dua macam cara yang ditempuh, yaitu:

1. Studi Kepustakan

Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan penggalian data dan teori dari literature, karya ilmiah, majalah, dan Koran yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Riset Lapangan

Yaitu melakukan pengumpulan data secara langsung di lokasi Penelitian terhadap obyek Penelitian guna memperoleh data yang diperlukan.

3.3.3 Instrumen Penelitian

Instrument Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini, antara lain:

1. Kuesioner

Yatiu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah suatu bentuk kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya).

2. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan bertatap muka secara langsung antara responden dengan peneliti untuk mengadakan tanya jawab secara lesan.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro, 1999:155)

Populasi dari Penelitian ini adalah mahasiswa yang indekost di Asrama Kopma Brawijaya yang merupakan konsumen dari produk air minum kemasan merek AQUA.

Data-data yang dipergunakan dalam Penelitian ini belum merepakan keseluruhan populasi yang berjumlah 324 (Kopma, 2006). Oleh karena itu untuk efisiensi biaya, waktu, dan tenaga maka dilakukan pengambilan sample. Dimana sasmpel merupakan bagian kecil dari suatu populasi (Umar, 2002:145)

Oleh karena itu besarnya sampel dalam Penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam ( Umar, 2003:78 ), yaitu:

n=

Keterangan :

n= Ukuran Sampel

N= Ukuran Populasi

e= Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolelir atau diingginkan.

Jadi jumlah sampel yang dapat diambil pada Penelitian ini adalah sebanyak :

=

= 324 : 4,24

= 76

Jadi besarnya ukuran sampel yang digunakan sebagai responden dalam peneliitian ini adalah sebanyak 76 orang.

Sedangkan teknik pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling disebut juga judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara acak yang diperoleh dengan menggunkan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah Penelitian (Indriantoro dan supomo, 1999:117). Dari teknik sampling yang digunakan dalam Penelitian, yaitu purposive sampling maka yang dijadikan dasar pertimbangan sebagai karakteristik responden adalah:

1. Mahasiswa yang indekost di Asrama Kopma Universitas Brawijaya

2. Mahasiswa yang indekost di Asrama Kopma Universitas Brawijaya yang pernah atau masih mengkonsumsi air minum kemasan merek AQUA.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian

Instrument Penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam Penelitian ini instrument yang akan digunakan adalah questioner. Agar dapat memperoleh hasil yang benar-benar valid maka perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang digunakan. Untuk mengurangi measurement error, peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan item-item pertanyaan dengan skor total.

Skor validitas dalam Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 metode yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construk validity). Dalam penelitan iini validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada dosen pembimbing. Sedangkan ujmi validitas konnstruk dilakukan dengan mengkorelasikan skor setiap item pernyataandengan skor total pada taraf signifikansi 5%, dengan rumus korelasi Product Moment. (Arikunto, 1996:160) :

r =

Dimana :

r = Koefisien Korelasi

n= Banyaknya Sampel

X= Item

Y=Total Item Skor

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dan Singarimbun, 1995:191) pegujian secara reliabilitas instrument dilakukan dengan menguji skor antar item dengan menggunakan rumus alpha cronbach (Arikunto, 1996:191), yaitu :

r =

Dimana : r = reliabilitas instrument = jumlah varians butir

k = banyak butir pertanyaan = varians total

Untuk mencari varian butir, terlebih dahulu di cari nilai varians tiap butir kemudian dijumlahkan, Rumus varian yang digunakan :

Dimana :

n = jumlah sampel

x = nilai skor yang dipilih

3.6 Teknik Analisa Data

3.6.1 Analisis Statistik

a. Regresi Linear Berganda

Untuk menentukan pola hubungan lebih dari satu variabel independen (X1,X2,X3,……..Xn) dengan satu variabel dependen (Y) maka di gunakan regresi linear berganda. Rumusnya adalah :

Y = a + b1.X1+ b2.X2+ b3.X3+e

Dimana :

Y = Loyalitas Merek

a = Konstanta

b = Beta (koefisien regresi)

X1= Variabel Kognitif

X2= Variabel Afektif

X3=Variabel Konatif

b. Pengujian Hipotesis

1. Uji F

Jika dalam uji t pengaruh variabel independen diuji secara individual, maka dalam uji F ini dilakukan unutk melihat variabel-variabel dependen. Hipotesa dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

Artinya variabel-variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha = b1 = b2 =…..= bi = 0

Artinya ada pengaruh terhadap variabel dependet, paling tidak pada salah satu variabel independen tersebut.

Ketentuan dari penerimaan atau penolakan hipotesa adalah sebagai berikut:

Bila Fstatistik> Ftabel : Ho ditolak

Artinya variabel-variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya,

Bila Fstatistik< Ftabel : Ho tidak ditolak

Fhitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Fstatistik =

Dimana :

R2 = koefisien determinasi.

k = jumlah variabel independen.

n = jumlah sampel.

Uji F ini adalah unutk pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan atau serentak terhadap hipotesis satu (minor H1)

H1 = Ada pengaruh yang signifikan secara serentak dari kognitif, afektif, dan konatif terhadap loyalitas merek (brand loyalty)

2. Uji t

Uji t dimaksudkan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individual terhadap dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hipotesa dalam pengujian ini adalah :

Dimana, bi adalah koefisien variabel independen ke-i dan konstata, sedangkan b adalah nilai parameter hipotesis. Biasanya b dianggap sama dengan nol atau tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ketentuan penerimaan atau penolakan Hipotesis Ho adalah sebagai berikut :

Jika : tstatistik > ttabel = Ho ditolak

tstatistik < ttabel = Ho tidak ditolak

Jika Ho ditolak berarti dengan tingkat kepercayaan tertentu (1%,2%.2%), variabel independen yang di uji secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependen.

Sedangkan nilai t hitung adapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

tstatistik=

Dimana :

= koefisien dari variabel independen ke-i

= nilai hipotesa

= simpangan baku (standard error) dari variabel ke-i

Dalam Penelitian ini, uji t digunkan unutk menguji koefisien regresi secara parsial dari hipotesis minor masing-masing dari variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun hipotesis yang akan di uji adalah :

H2 = Terdapat pengaruh secara parsial atau satu persatu dari brand attitude (kognitif, afektif, konatif) terhadap loyalitas merek atau (brand loyalty)

3. Nilai R2 (Koefisien Determinasi)

Untuk mengetahhui berapa persen pengaruh variabel bebas (X) yang di masukkan dalam model mempengaruhi variabel terikat (Y), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya maka dilakukakan penghitungan nilai koefisien determinasi.

Variabel bebas lain yang tidak dimasukkan kedalam model (tidak diteliti) dianggap baik bila koefisien determinasi samadengan atau mendekati satu ( Gujarati, 1995:131)

4. Nilai r (Parsial)

Untuk mengukur tingkat kekuatan hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat diukur koefisien determinasi parsial (r). nilai parsial mempunyai range antara -1 sampai +1. Bila nilai r semakin mendekati -1 atau +1 berarti semakin erat hubungan negatif atau hubungan positif antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan nilai r parsial yang semakin mendekati angka nol, berarti terdapat kekuatan hubungan yang semakin lemah. Nilai r yang paling besar diantara variabel bebas menunjukkan bahwa variabel yang bersangkutan paling erat hubungannya dengan variabel terikat.

Untuk menjelaskan kuatnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan aturan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Interpretasi Nilai R (Korelasi)

Besarnya nilai

Interprestasi

Antara 0,800s/d1,000

Tinggi

Antara 0,600s/d0,800

Cukup

Antara 0,400s/d0,600

Agak rendah

Antara 0,200s/d0,400

Rendah

Antara 0,000s/d0,200

Sangat rendah (tidak berkorelasi)

Sumber : Arikunto (1998:197)

3.7 Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan parameter-parameter estimasi dari model dinamis yang dipakai, dalam Penelitian ini digunakan metode penaksiran OLS (Ordinary Least Square). Penggunaan metode ini disertai dengan asumsi-asumsi tersebut yaitu : Normalitas, Non-Multikollinearitas, Uji Non Heteroskedaskisitas, dan uji Non-Autokorelasi.

3.7.1 Normalitas

Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari varibel random yang kontinyu (Dajan, 1986). Kurva yang mnggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk asimetris. Untuk menguji apakah sampel Penelitian merupakan jenis distribusi normal maka digunakan Kolmogorof-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel. Hipotosis dalam pengujian ini adalah :

Ho : F(x) = F0(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili oleh sampel, dan F0(x) adalah fungsi distribusi suatu populasi berdistribusi normal.

Ho : F(x) F0(x) atau distribusi populasi tidak normal.

Pengambilan keputusan :

· Jika Probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.

· Jika Probabilitas <0,05, maka Ho ditolak. (Santoso, 2001: 392)

Adalah fungsi distribusi populasi yang mewakili sampel, dan adalah fungsi distribusi suatu populasi berdistribusi normal.

Atau distribusi populasi tidak normal.

3.7.2 Uji Non-Multikolineritas

Multikolineritas berarti adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari regresi. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolineritas, dalam Penelitian ini dengan menggunakan tolerance and varian inflation factor (VIF) (Aliman, 2000;57). Rule of thumb digunakan sebagai pedoman jika VIF dari suatu varibel melebihi 10, dimana hal ini terjadi ketika nilai R2 melebihi 0,90 maka suatu variabel dikatakan berkorelasi sangat tinggi.

Besarnya VIF dirumuskan sebagai berikut :

VIF =

3.7.3 Uji Non-Heteroskedasititas

Suatu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah homoskedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama. Secara matematis asumsi ini dapat dituliskan sebagi berikut :

i = 1,2,3,……,N

Adapun metode yang akan dibahas disini adalah metode Glejser (1996) dalam (Gurajati, 1995:124). Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolute residual yang diperoleh yaitu ei atas variabel Xi untuk model ini, yang dipakai dalam Penelitian ini adalah :

Ada atau tidaknya heteroskedastisitas ditentukan oleh nilai α dan β

3.7.4 Uji Non-Autokorelasi

Istilah auotkorelasi dapat didefinidikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtun waktu) atau ruang (seperti dalam data cross section). Dalam konteks regresi, model regresi linear klasik mengasumsikan bahwa auto korelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbance atau gangguan ui. secara matematis hal tersebut dapat dituliskakn sebagai berikut :

i = j

Untuk dapat mendeteksi adanya autokorelasi dalam situasi tertentu, ada beberapa penggujian, antara lain adalametode grafik dan percobaaan Durbin Watson.

Pengujian metode Durbin Watson adalah sebagai berikut:

1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei

2. hitung d dengan formula berikut :

d =

3. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu, dapatkan nilai kritis dL dan dU.

4. Jika hipotesa nol (Ho) adalah tidak ada korelasi serial positif, makas jika :

d < dL : menolak Ho

d > dL : tidak menolak Ho

dL :pegujian tidak meyakinkan

jika hipotesa nol (Ho) adalah tidak ada korelasi serial negative, maka jika

d > 4 – dL : menolak Ho

d < 4 – dL : tidak menolak Ho

4 -dUdL : pengujian tidak meyakinkan

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, A. David. 1997, Manajemen Ekuitas Merek, Alih Bahasa : Aris Ananda. Spectrum Mitra Utama : Jakarta.

Arif, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press : Jakarta.

Arikunto, Seharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Kedua, Rineka Cipta : Jakarta

Assel, H, 1992. Consumer Behavior & Marketing Action, Fourth Edition, Kent Publishing Company : New York.

Dajan, Anton, 1986. Pengantar Metode Statistic, jilid 1 & 2 LP3ES : Jakarta.

Durianto, dkk. 2001. Startegi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. Erlangga : Jakarta.

Huriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta : Bandung.

Indriantoro, dkk.1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi pertama BPFE : Yogyakarta.

Kinnear, C. et al. 1997. Riset Pemasaran. Jilid 1, terjemahan Yohanes Lanarto. Erlangga : Jakarta.

Kotler, Pihlip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Salemba Empat : Jakarta.

Mowen, John & Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid1 edisi kelima. Erlangga : Jakarta

Sakaran, Uma. 1992,. Research Methods for Business. Jihn Wiley & Suns, inc : New York

Singarimbun, dkk. 1995. Metodologi Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta.

Sugiarto. 1992. Tahap Awal + Aplikasi Analisis Regresi. Andi Offset : Yogyakarta

Tjiptono, Fandy. 2000. Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer, ANDI : Yogyakarta.

Umar, Husain. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

KUISIONER PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : Analisa Pengaruh Brand Attitude Terhadap Brand Loyalty Konsumen Air Minum Kemasan Merek AQUA

Dalam rangka menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti selakukmahasiswa fakultas ekonomi universitas brawijaya, maka doharap kesediaannya untuk mengisi pertanyaan dibawah ini dengan benar.

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. berapakan uang saku anda dalam sebulan :

a. Rp kurang dari Rp 250.000

b. Rp 250.000 – Rp 500.000

c. Rp 500.000 – Rp 750.000

d. Rp 750.000 – Rp 1.000.000

e. Rp diatas 1.000.000

5. dimana saudara biasanya membeli air minum kemasan:

a. warung

b. toko kelontong

c. minimarket

d. supermarket

e. lain-lain, ...............................................

6. air minum kemasa merek AQUA yang sering anda beli :

a. kemasan gelas plastik 240 ml

b. kemasan botol plastik 330 ml

c. kemasan botol plastik 600 ml

d. kemasan botol plastik 1500 ml

e. kemasan galon

f. kemasan lain,.........................................

II. Pertanyaan Penelitian

  1. sikap

no

pertanyaan

SS

S

N

TS

STS

1.

Saya yakin air minum kemasan AQUA berkualitas

2.

saya sangat menyukai air minum dalam kemasan merek AQUA

3.

Menurut saya mutu yang ditawarkan oleh air minum kemasan merek AQUA lebih baik dari yang lain

  1. loyalitas

NO

PERTANYAAN

SS

S

N

TS

STS

1.

Saya sering menganjurkan kepada teman saya untuk membeli air minum dalam kemasan merek AQUA

2.

Saya akan membeli air minum merek lain yang menawarkan harga yang lebih murah

3.

Saya akan terus membeli air mnum dalam kemasan merek AQUA meskipun bayak merek yang menyerupai

Ket:

SS : sangat setuju

S : setuju

N : netral

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju

No comments:

Post a Comment