Friday, April 15, 2011

“ PENGARUH VARIABEL BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SUPERMARKET RAMAYANA GRESIK”.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makin membaiknya perekonomian suatu negara ditandai dengan meningkatnya daya beli masyararakat yang disertai dengan meningkatnya daya beli masyarakat tersebut. Hal tersebut membuka peluang berbagai bidang usaha untuk berkembang, salah satunya adalah sektor retail. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis untuk memenuhi berbagai preferensi konsumen terhadap barang dan jasa, dewasa ini telah muncul bermacam-macam bentuk retail bussiness/ bisnis eceren hampir di setiap kota-kota di Indonesia, seperti halnya di Kabupaten Gresik. Salah satu sektor usaha retail yang bermunculan adalah Supermarket.

Dengan makin majunya perkembangan jaman, maka selera konsumen makin cepat berubah dan konsumen makin selektif dalam memilih tempat berbelanjanya. Berkembangnya jaman juga menyebabkan makin sengitnya persaingan dibidang retail. Hal ini mengharuskan pengusaha retail untuk mengerahkan segenap kemampuan dan strateginya, agar bisa memenangkan persaingan. Bill Brooks Group dalam tulisannya berjudl Focus on Focus mengatakan bahwa mencapai puncak dipasar yang crowded ( jenuh ) memang tidak mudah. Ada rahasianya agar bisa mencapai puncak dan tetap berada disana , yaitu selalu membiasakan diri dengan perubahan- perubahan. Menurut Brooks, penjual professional yang berhasil akan selalu berada pada posisi selalu siap melakukan penyesuaian ( Adjustment ). “ Karena pasar anda, pelanggan anda, dan dunia selalu berubah. Jadi, anda perlu selalu menganalisa, mengantisipasi, dan mengadopsi perubahan yang anda hadapi!”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka pengusaha retail harus selalu melakukan analisa apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasar. Hal ini sesuai degan konsep pemasaran ( Kotler; 2000 ), dimana konsep ini menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan pada pasar sasaran yang telah dipilih. Konsep ini memiliki perspektif dari luar kedalam, yang dimulai dari pasar yang didefiniskan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan.

Supermarket Ramayana, yang merupakan bagian dari Ramayana Dept. Store merupakan Supermarket yang ramai dikunjungi masyarakat Gresik, karena selai lengkapnya ragam produk yang dijual, juga diserta dengan lengkapnya fasilitas pendukung serta lokasi yang strategis, hingga mampu menjadi salah satu Supermarket terbesar diGresik. Walau demikian, Supermarket Ramayana Gresik tetap harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan pasar agar tetap mampu mempertahankan posisinya. Supermarket Ramayana Gresik harus selalu melakukan analisa pasar untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasar, dan memformulasikannya kedalam kebijakan pemasarannya. Sehingga akan dihasilkan sebuah strategi pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul:

“ PENGARUH VARIABEL BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SUPERMARKET RAMAYANA GRESIK”.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Variabel- variabel bauran Pemasaran ( Marketing Mix ) yang meliputi Produk, Harga, Promosi, dan Lokasi mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Supermarket Ramayana Gresik?

2. Diantara Variabel bauran pemasaran yang ada, variabel manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian konsumen Supermarket Ramayana Gresik?

1.3 Batasan Masalah

Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen terjadi karena adanya pengaruh dari konsumen sendiri ( faktor internal ) dan dari luar konsumen ( faktor eksternal ). Pengaruh faktor eksternal terdiri dari pengaruh lingkungan dan pemasaran. Pengaruh Pemasaran terdiri dari Produk, Harga, Promosi, dan Tempat, yang disebut dengan bauran pemasaran ( Marketing Mix ).

Oleh karena luasnya aspek yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tersebut, maka penelitian ini hanya dibatasi pada faktor internal yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang berupa variabel Bauran Pemasaran ( Marketing Mix ).

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui apakah variabel bauran pemasaran ( Marketing Mix ) yang meliputi Produk, Harga, Promosi, dan lokasi mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan konsumen.

2. Untuk mengetahui diantara variabel bauran pemasaran yang ada, variabel bauran pemasaran yang mana yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian konsumen.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai suatu pengetahuan dan pengalaman serta sekaligus pengaplikasian pengetahuan yang diperoleh selama kuliah melalui pengkajian dalam karya ilmiah ini.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan pada Perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan dan mengimplementasikan startegi pemasaran dalam menghadapi persaingan yang makin ketat.

3. Bagi Mahasiswa lain

Dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini disajikan hal-hal yang melatarbelakangi penalitian, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini mengemukakan dan menguraikan berbagai teori yang mendasar melalui tinjauan kepustakaan atau studi literatur yang dijadikan landasan konseptual dalam melakukan penelitian. Teori tersebut berkaitan dengan pengaruh variabel pemasaran terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan metode dan langkah-langkah penelitian yang dilakukan secara sistematis. Juga diuraikan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini disajikan analisis, interpretasi, dan pembahasan yang mengacu pada hasil pengolahan data yang dilakukan sehingga mampu menjawab secara ilmiah permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan uraian hasil penelitian secara ringkas yang dituangkan dalam bentuk kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan topik penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan mengenai beberapa landasan teori yang mendasari pokok permasalahan yang meliputi hal hal yang berhubungan dengan: Pemasaran, Bauran Pemasaran, Retailling ( Bisnis Eceran ),Perilaku Konsumen, Hubungan Variabel Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian, dan Hipotesis Penelitian.

2.1 Definisi Pemasaran

Pemasaran berurusan dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan manusia dan kebutuhan sosial. Pemasaran merupakan ujung tombak Perusahaan dalam mempertahankan hidupnya dan bagi pertumbuhannya. Adapun pengertian Pemasaran dari beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Definisi Pemasaran menurut Kotler ( 2000; 9 ) adalah:

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Definisi Pemasaran lainnya dikemukakan oleh Stanton ( 1996 ), “pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang dibuat untuk merencanakan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen saat ini maupun konsumen potensial”. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pemasaran sebagai Ilmu dan Seni untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Pemasaran bukan hanya tugas dari Departemen Pemasaran saja, tetapi merupakan orientasi dari Perusahaan secara keseluruhan. Oleh Karena itu,selain adanya kerjasama dari fungsi pemasaran itu sendiri, Pemasaran juga harus dirangkul oleh Departemen departemen lain; mereka juga harus “Memikirkan” Pelanggan. Sehingga, Organisasi harus melatih dan memotivasi Karyawannya untuk bekerja bagi Pelanggan. Melalui Pemasaran yang terintegrasi, maka akan tercipta suatu laba melalui Kepuasan Pelanggan dan Organisasi akan mendapatkan Pelanggan yang loyal. Hal ini tentunya tidak hanya menguntungkan bagi Perusahaan dalam jangka pendek saja, tetapi juga dalm jangka panjang.

Definisi Manajemen Pemasaran menurut AMA ( American Marketing Association ), Manajemen Pemasaran ialah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi . Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pemasaran ialah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk mencapai tujuan secara efisien dengan cara mempengaruhi konsumen membeli produk dan jasa Perusahaan. Manajemen Pemasaran terjadi jika sekurang kurangnya satu pihak pelaku pertukaran potensial berpikir tentang sarana- sarana untuk melaksanakan tanggapan yang diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain.

2.2 Bauran Pemasaran

Menutrut Kotler ( 2000; 18 ), Bauran Pemasaran ialah seperangkat alat Pemasaran yang digunakan Perusahaan untuk terus mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasaran. McCarthy seperti yang diikutip Kotler ( 2000; 18 ) mengklasifikasikan alat alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran: Produk ( Product ), Harga ( Price ), Tempat ( Place ), dan Promosi ( Promotion ). Variabel Pemasaran tertentu dari masing masing P ditunjukkan dalam gambar II.1.

Gambar II.1

Empat Komponen dalam Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran


















Harga




Keragaman Produk

Kualitas

Desain

Pengelompokan

Ciri

Nama merk

Kemasan

Transportasi

Ukuran

Pelayanan

Garansi

Imbalan

Daftar Harga

Rabat/ Diskon

Potongan Harga Khusus

Periode Pembayaran

Syarat Kredit

Promosi Penjualan

Periklanan

Tenaga Penjualan

Kehumasan/ Public Relation

Pemasaran Lang sung

Saluran Pemasaran

Cakupan Pasar

Lokasi

Persediaan

]

Sumber : Philip Kotler; 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Prenhallindo, Jakarta

2.2.1 Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Menurut Kotler ( 2000;451 ), Pemasar biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan pada karakteristik produk, daya tahan, keberwujudan dan penggunaan ( Konsumen atau Industri ).

1. Daya Tahan dan Keberwujudan

Produk dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok menurut daya tahan dan keberwujudannya:

  1. Barang yang tidak tahan lama ( nondurable goods ) : Barang yang tidak tahan lama ialah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.
  2. Barang tahan lama (Durable goods ) : Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dipakai berkali kali.
  3. Jasa ( Service ) : Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, Jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian.

2. a. Klasifikasi barang konsumen

Banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen. Kita dapat membedakan antara barang kenyamanan (Convenience ), Belanjaan (Shopping ), Khusus (Specialty ), dan barang yang dalam kondisi normal tidak dicari ( Unsought ).

-. Barang Kenyamanan ( Convenience ) adalah barang barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera, dan dengan usaha yang minimum.

-. Barang Shopping adalah barang barang yang karakteristiknya berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian.

-. Barang Khusus ( Specialty goods ) adalah barang barang dengan karakteristik unik dan/ atau identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia untuk melakukan usaha khusus untuk membelinya.

-. Barang yang dalam kondisi normal tidak dicari ( Unsought goods ) adalah barang barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya.

b. Klasifikasi Barang Industri

Barang Industri dapat diklasifikasikan berdasarkan cara barang itu memasuki proses produksi dan harga relatifnya. Kita dapat membedakannya menjadi dua kelas:Bahan baku dan suku cadang, barang modal, serta perlengkapan dan jasa bisnis..

-. Bahan baku dan suku cadang ( Materials and Parts ) adalah barang barang yang sepenuhnya memasuki poduk yang dihasilkan.

-. Barang modal ( Capital Items ) adalah barang barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan/ atau pengolahan produk akhir.

-. Perlengkapan dan jasa bisnis adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan/ atau pengelolaan produk akhir.

Bauran Produk ( Product Mix ) adalah kumpulan dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli. Bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar, panjang, kedalaman, dan konsistensi tertentu. Keempat dimensi bauran itu memungkinkan Perusahaan untuk memperkuas bisnisnya dengan empat cara. Perusahaan dapat menambah lini produk baru, sehingga memperlebar bauran produknya. Perusahaan dapat memperpanjang tiap lini produk. Perusahaan dapat menambah lebih banyak varian produk pada tiap produk dan memperdalam bauran produknya. Terakhir, Perusahaan dapat mengejar lagi konsistensi lini produk yang lebih kuat.

Sebelumnya telah dijelaskan definisi produk. Dari pengertian tersebut, maka terdapat tiga aspek produk yang dijelaskan pada gambar 2.4, yaitu:

1. Produk Inti ( Core Product ), merupakan manfaat yang ditampilkan suatu produk pada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya Masing masing produk memiliki produk inti atau manfaat produk inti tersendiri.

2. Produk yang diperluas ( Augmented Product ), mencakup berbagai tambahan manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya. Beberapa manfaat tambahan itu akan memeprluas manfaat produk yang ditawarkan atau dipasarkan.Dalam hal ini terdapat 3 komponen, yaitu instalasi, pengiriman, dan pemelihraan.

3. Produk Formal (Formal Product ), merupakan penampilan atau perwujudan dari produk inti maupun perluasan produknya. Produk formal ini lebih dikenal oleh kebanyakan pembeli sebagai daya tarik, yang tampak langsung ( Tangible Offer ) dimata konsumen. Dalam hal ini ada 5 komponen yang terdapat pada produk, yaitu Desain/ bentuk, Daya Tahan/ mutu, Daya tarik/ keistimewaan, pengemasan/ bungkus, Nama merk/ Brand Name.

Gambar II.2

Tiga Aspek Produk

Tiga Aspek Produk


Desain

Instalasi

Mutu Daya Tarik

Manfaat Inti

Pemeliharaan Pengiriman

Merk Bungkus

Produk Inti Produk Formal Produk yang diperluas

Sumber : Kotler dan Armstrong ( 2003 )

2.3.2 Harga ( Price )

Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat manfaat memilih / menggunakan produk atau jasa tersebut ( Kotler dan Arm strong; 2003 ). Harga merupakan satu- satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan.

Kotler ( 2000; 520 ) mengidentifikasikan enam tujuan penetapan harga yang bisa dipilih oleh Perusahaan, yaitu:

1. Kelangsungan hidup ( Survival )

Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika mengalami kelebihan kapasitas. Persaingan ketat, atau keinginan konsumen yang berubah ubah. Dalam jangka panjang, Perusahaan harus belajar meningkatkan nilainya atau ia akan punah.

2. Laba sekarang maksimum (Maximum Current Profit )

Banyak Perusahaan mencoba untuk menetapkan harga yang akan memaksimalkan laba sekarang. Mereka memperkirakan permintaan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau pengembalian investasi yang maksimal.

3. Pendapatan sekarang maksimum ( Maximum Current Revenue )

Beberapa Perusahaan menetapkan harga yang memaksimalkan pendapatan Penjualan. Maksimalisasi pendapatan hanya membutuhkan perkiraan fungsi permintaan. Banyak Manajer percaya bahwa maksimisasi pendapatan akan menghasilkan maksimisasi laba jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.

4. Pertumbuhan Penjualan maksimum ( Maximum Sales Growth )

Beberapa Perusahaan ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka percaya bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya perunit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka menetapkan harga terendah dengan berasumsi bahwa pasar peka terhadap harga. Kondisi- kondisi berikut mendukung penetapan harga rendah:

  1. Pasar sangat peka terhadap harga, dan harga rendah merangsang pertumbuhan pasar.
  2. Biaya produksi dan distribusi menurun dengan semakin banyaknya pengalaman produksi.
  3. Harga yang rendah menghilangkan semangat pesaing lama maupun potensial.

5. Skimming Pasar maksimum ( Maximum Market Skimming )

Banyak Perusahaan menyukai penetapan harga tinggi untuk men-skim pasar. Skimming pasar hanya mungkin dalam kondisi berikut:

a. Sejumlah pembeli yang memadai memiliki permintaan sekarang yang tinggi.

b. Biaya perunit untuk memproduksi volume kecil tidak demikian tinggi, sehingga dapat menghilangkan keuntungan dari penetapan harga maksimal yang dapat diserap pasar.

c. Harga yang awalnya tinggi tidak menarik lebih banyak pesaing kepasar.

d. Harga yang tinggi menyatakan jika produk yang unggul.

6. Kepemimpinan Kualitas ( Product Quality Leadership )

Perusahaan mungkin mengarahkan untuk menjadi pemimpin dalam kualitas produk di pasar.

2.3.3 Promosi ( Promotion )

2.3.3.1 Definisi Promosi

Menurut Swastha dan Handoko ( 2000; 237 ), Promosi adalah arus informasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi terhadap tindakan yang menciptakan pertukaran dalam Pemasaran. Sedangkan menurut Tjiptono ( 2001 ) Promosi adalah aktifitas Pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas Perusahaan dan produknya agar bisa menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan Perusahaan yang bersangkutan.

2.3.3.2 Bauran Promosi

Bauran promosi terdiri dari lima komunikasi utama ( Kotler; 2000 ), yaitu:

1. Periklanan.

Periklanan adalah semua bentuk penyajian non personal dan promosi ide barang dan jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu. Sedangkan menurut Swastha dan Handoko ( 2000; 260 ), periklanan adalah komunikasi non individual dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non laba serta individu.

2. Promosi penjualan

  1. Promosi penjualan menurut Swastha ( 2000; 279 ) adalah kegiatan- kegiatan selain yang telah disebutkan diatas yang mendorong efektifitas- efektifitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat- alat peragaan, demonstrasi, dan sebagainya

3 Hubungan Masyarakat dan Publisitas.

  1. Hubungan Masyarakat dan publisitas pada berbagai program untuk mempromosikan dan/ atau melindungi citra perusahaan atau produk secara individual.

4. Penjualan secara pribadi

Penjualan secara pribadi adalah interaksi langsung dengan satu calon pembeli/ lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan memberikan pesan.

5. Pemasaran langsung

Pemasaran langsung adalah penggunaan surat, telepon, faksimilie, E- mail, dan alat- alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi secara langsung atau memberikan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

2.3.4 Place ( Saluran Distribusi )

Menurut Swastha ( 2000; 190 ), saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang- barang tersebut dari produsen ke konsumen atau pemakai industri. Sedangkan Tjiptono ( 2001 ) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan ( jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan ).

2.3 Retailling/ Bisnis Eceran

2.3.1 Definisi Retailling/ Bisnis Eceran

Menurut Kotler ( 2000; 592 ), Retailling/ Usaha Eceran meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Sedangkan Pengecer atau Toko eceran adalah usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran.

Dari pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa retailing merupakan jenis saluran distribusi dimana retailer secara langsung menyalurkan barang dan jasa kepada konsumen untuk penggunaan pribadi.

2.3.2 Fungsi Retalling/ Bisnis Eceran

Menurut Effendy ( 1996; 146 ), fungsi dari retailing adalah:

1. Pembelian mengusahakan sumber- sumber penawaran.

2. Storring ( Penggudangan ), menyimpan barang- barang untuk dapat disediakan bagi pelanggan dengan cepat.

3. Dividing ( Pemisahan ), membagi- bagi barang karena pelanggan membeli dari pedagang eceran dalam jumlah yang kecil.

4. Penjualan memberikan kepuasan yang diharapkan oleh konsumen.

5. Pemberian kredit.

6. Pelayanan yang baik.

2.3.3 Jenis- Jenis Retailling

Meyer sebagaimana dikutip oleh Tjiptono ( 2001; 192 ) mengklasifikasikan jenis- jenis retailing sebagai berikut:

1. Berdasarkan tipe kepemilikan

a. Independen Retail Firm

Yaitu suatu outlet pengecer yang dimiliki dan dioperasikan secara indepedenden dan tanpa afiliasi ( penggabungan ).

  1. Franchising ( Waralaba )

Yaitu suatu system pemasaran atau distribusi barang dan jasa., dimana sebuah Franchisor ( Perusahaan induk ) memberikan kepada Franchisee ( Individu atau perusahaan lain ) yang berskala kecil atau menengah, hak- hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, dan ditempat tertentu pula.

2. Berdasarkan produk atau jasa yang dijual

a. Service Retailling

-. Rented- Goods Service

Dalam jenis ini, pelanggan menyewa dan mempergunakan produk- produk tertentu.

-. Owns- Goods Service

Pada jenis ini, barang- barang yang dimiliki konsumen direparasi, ditingkatkan, dikembangkan untuk kerjanya, atau dipelihara. Owned- Goods Service juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang kelak dimiliki oleh pelanggan.

  1. Product Retailling

-. Department Store ( Toko Serba Ada )

Departemen Perdagangan Amerika Serikat mendefinisikan Departemen Store sebagai suatu perusahaan yang memperkerjakan paling sedikit 25 orang dan memiliki penjualan pakaian dan peralatan rumah tangga sejumlah 25% atau lebih dari penjualan totalnya

-. Specialty Stores

Ciri khas dari specilty stores adalah konsentrasinya pada jenis barang dagangan yang terbatas.

-. Catalog Showroom

Cataog Showroom menawarkan harga rendah, merk nasional, dan daerah perbelanjaan yang kecil yang berdekatan dengan display ( tempat pajangan ) ecerannya.

-. Food and Drug Retailler

Ada tiga jenis utama Food and Drug Retailler, yaitu Supermarket ( Pasar Swalayan ) and Superdrug Store, Convenience Store ,dan Combination Store. Pasar Swalayan dan superdrug store adalah toko- toko besar yang menjual makanan atau obat- obatan dalam jumlah besar dengan harga yang rendah. Convenience Store adalah toko swalayan mini, yang menjual barang kebutuhan sehari- hari dan berlokasi disekitar pemukiman penduduk, dan biasanya buka dua puluh empat jam. Combination Store lebih besar daripada pasar swalayan konvensional maupun superdrug store, tetapi serupa dalam hal penetapan harga dan praktek- praktek operasinya

3. Non- Store Retailling

Non- Store Retailling menjual produk dan jasa dengan menggunakan metode- metode seperti direct selling, vending machines, mail- order retailing, dan tehnik- tehnik elektronik.

-. Telephone and Media Retaillers

Dalam kategori ini, pengecer menggunakan via telepon ( Telemarketing ) dan media periklanan seperti TV, radio, surat kabar, dan majalah untuk menginformasikan dan membujuk konsumen untuk membeli produk- produknya.

-. Vending Machines

Mesin ini banyak dijumpai dibank, pasar swalayan, hotel- hotel dan kantor- kantor tertentu.

-. Mail order

Dalam metode ini, penjualan dilakukan melalui pemesanan dengan menggunakan catalog- catalog tertentu via pos.

-. Direct Selling

Direct Selling merupakan penjualan barang- barang konsumsi langsung ke perorangan, dirumah- rumah maupun ditempat kerja mereka, melalui transaksi- transaksi yang diawali dan diselesaikan oleh tenaga penjualnya.

-. Electronic Shopping

Ada dua bentuk electronic shopping. Bentuk pertama menggunakan videotext, yaitu sistem dua arah, dimana perangkat TV pelanggan dan bank data computer dihubungkan dengan kabel atau jalur telepon. Pelayanan videotext berisikan catalog computer tentang produk yang ditawarkan produsen, pengecer, bank, dan organisasi perjalanan. Konsumen dapat menggunakan perangkat TV biasa yang dilengkapi keyboard khusus yang dihubungkan dengan kabel sistem zarah. Bentuk kedua adalah memanfaatkan jaringan internet ( Cybermarketing ) dengan seperangkat peralatan computer personal ( PC ) dan modem.

4. Retailling berdasarkan strategi penetapan harga

Untuk merek barang yang sama, harga yang ditetapkan dapat berbeda antara retailer yang satu dengan yang lain. Ada pengecer yang menawarkan harga tinggi, karena mereka juga menawarkan pelayanan tertentu seperti suasana toko yang menarik dan nyaman. Biasanya department store dan specialty store termasuk dalam kategori ini. Dilain pihak, ada pula retailer yang menetapkan harga lebih rendah. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah discount store, yaitu toko-toko yang menjual barang-barang yang dibutuhkan konsumen rumah tangga dengan harga yang serba di diskon.

4. Lokasi

Retailer juga dapat dikelompokan berdasarkan lokasinya, yaitu down town central business districts, strip development, dan pusat-pusat pembelanjaan.

2.4 Perilaku Konsumen

2.4.1 Definisi Perilaku Konsumen

Loudon dan Bitta ( 1993; 5 ) mengemukakan bahwa “ Consumer Behaviour may be defined as ecision process and physical activity individual engange in when evaluating, acquairing, using or disposing of goods and service “ ( Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau memakai barang dan jasa ).

2.4.2 Model Perilaku Konsumen

Model perilaku komsumen Kotler dan Armstrong ( 2003; 196 ) menggambarkan bagaimana pemasaran dan rangsangan lainnya memasuki “ kotak hitam “ dan menghasilkan tanggapan tertentu. Rangsangan pemasaran terdiri dari Marketing Mix yakni Product, Price, Place, dan Promotion ( Produk, Harga, Tempat, dan Promosi ).

2.4.3 Jenis Perilaku Pembelian

Assael dalam Kotler ( 2000; 202 ) membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat ketrlibatan pembeli dengan tingkat diferensiasi merk, yakni:

1. Perilaku pembelian yang rumit.

Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun pendirian tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan yang cermat.

2. Perilaku pembelian pengurang disonansi

Dalam hal ini, komunikasi pemasar haruslah mengarah untuk menyediakan kepercayaan dan evaluasi yang akan membantu konsumen tersebut merasa puas atas pilihan merknya.

3. Perilaku pembelian karena kebiasaan

Banyak produk yang dibeli dibawah tingkat keterlibatan yang rendah dan tidak terdapat perbedaan yang jelas antara merk- merk yang ada. Bila mereka membeli produk yang sama, ini timbul karena kebiasaan dan bukan karena kesetiaan pada merk.

4. Perilaku pembelian yang mencari variasi

Dalam situasi ini, pembeli sering melakukan perpindahan merk. Konsumen mengambil merk lain mungkin karena bosan dan ingin mencari rasa yang berbeda.

2.4.4 Pengambilan Keputusan Konsumen

Hampir tiap saat kita dihadapkan pada berbagai pilihan, dimana tentunya kita akan memutuskan untuk mengambil pilihan terbaik menurut kita. Hal tersebut diawali dengan mengidentifikasi masalah- masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisa, dan memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang dianggap terbaik. Peter dan Olson ( 1996; 160 ) mengungkapkan bahwa yang dimaksud pengambilan keputusan konsumen adalah suatu proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

2.4.5 Tingkatan Pengambilan Keputusan Konsumen

Berdasarkan pola hubungan antar jenis usaha ( masalah ) yang paling tinggi dan paling rendah, maka pengambilan keputusan konsumen dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

1. Extensive Problem Solving

Pada tingkatan ini, konsumen sangat membutuhkan banyak informasi untuk lebih meyakinkan keputusan yang akan diambilnya. Konsumen dalam hal ini telah memiliki kriteria- kriteria khusus terhadap barang yang akan dipilihnya.

2. Limited Problem Solving

Pada tingkatan ini, konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tetap perlu mencari informasi untuk lebih memberikan keyakinannya. Biasanya konsumen yang berada pada tingkat ini selalu membanding- bandingkan merk atau barang dengan menggali terus informasi- informasi.

3. Routinized Response Behaviour

Karena konsumen telah banyak memiliki pengalaman membeli, maka informasi biasanya tidak diperlukan lagi. Informasi yang dicari hanyalah untuk membandingkan saja, walaupn keputusan itu sudah mereka putuskan.

2.4.6 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses pengambilan keputusan konsumen meliputi lima tahap, yaitu pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian, dan evaluasi tentang alternatif yang akan dipilih. Gambar II.6 akan menggambarkan tahap- tahap proses pengambilan keputusan konsumen.

2.5 Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumawardhani dengan judul “Pengaruh Bauran PemasaranTerhadap Keputusan Pembelian Pada Toko Buku ( Studi Kasus pada Pembeli Buku ditoko Buku Diskon Toga Mas )”, diketahui variabel- variabel bauran pemasaran yang meliputi Produk ( X1 ), Harga ( X2 ), Lokasi ( X3 ), dan Promosi ( X4 ) secara bersama- sama mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap keputusan pembelian pada toko buku ( Y ). Hal ini dapat diketahui dari nilai R2 sebesar 0,696 atau 69,6 %. Hal ini berarti Keputusan Pembelian dipengaruhi oleh variabel bauran pemasaran sebesar 69,6 %. Juga diketahui bahwa persamaan regresinya adalah: Y = -0,267 + 0,170X1 + 0.747X2 + 0,140X3 + 0,154X4. Adapun variabel bauran pemasaran yang dominant terhadap keputusan pembelian ialah Variabel Harga ( X2 ) yang ditunjukkan dengan nilai Thitunng sebesar 10,179 yang lebih besar daripada variabel lainnya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Choldun dengan judul “ Analisis Variabel- Variabel Bauran Pemasaran Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Sepeda Motor New Suzuki Shogun di Malang ( Studi Kasus didealer Suzuki Tlogomas Malang )”, diperoleh hasil bahwa Variabel- variabel bauran pemasaran yang terdiri dari produk ( X1), Harga ( X2 ), Saluran Distribusi ( X3 ), dan Promosi ( X4 ) berpengaruh siginifikan terhadap Keputusan Pembelian ( Y ). Hal ini dibuktikan dengan nilai Fstatistik sebesar 4.207 ( lebih besar daripada Ftabel sebesar 2,76. Persamaan regresinya ialah: Y = 3,538 + 0,098X1 0,271X2 + 0,096X3 + 0,328X4. Diketahui pula bahwa Variabel Promosi ( X4 ) memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian ( Y ), yang dibuktikan dengan nilai tstatistik sebesar 2,136 yang lebih besar daripada variabel lainnya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrawan dengan judul “ Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Produk Telkomflexi Classy ( Studi Kasus pengguna Telkomflexi Classy dikota Malang )”, diperoleh hasil bahwa Variabel Bauran Pemasaran yang terdiri dari Produk ( X1 ), Harga ( X2 ), Promosi ( X3 ), dan Saluran Distribusi ( X4 ) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian ( Y ). Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitunng sebesar 4,4407 yang lebih besar daripada Ftabel sebesar 2,477. Diperoleh pula hasil uji regresi yaitu: Y= 0,514 + 0,05456X1 + 0,06878X2 + 0,09249XX3 + 0,111X4. Nilai R2 sebesar 0,652 atau sebesar 65,2% membuktikan bahwa Keputusan Pembelian Telkomflexi Classy dipengaruhi sebesar 65,2% oleh variabel bauran pemasaran. Selain itu, didapatkan pula bahwa Variabel Produk ( X1 ) memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dibuktikan dengan besarnya nilai thitung variabel produk ( X1 ) sebesar 3,998 yang lebih besar daripada nilai thitung variabel lainnya.

2.6 Hipotesis Penelitian

2.6.1 Model Kosepsi

Berdasarkan kajian dari teori variabel bauran pemasaran dalam perilaku konsumen, maka dapat disusun suatu model konsepsi sebagai dasar penentuan hipotesis seperti pada gambar 2.9 dibawah ini

Bagan II.1

Model Konsepsi








Variabel Bauran Pemasaran ( X )


Keputusan Pembelian ( Y )





2.6.2Model Hipotesis

Berdasarkan model konsepsi diatas, dapat dijabarkan kedalam model hipotesis agar masing masing variabel dapat diukur dan diamati.

Bagan II.2

Model Hipotesis








Product ( X1 )





Price ( X2 )



Keputusan Pembelian ( Y )



Promotion ( X 3 )




Place ( X4 )



Keterangan : Berpengaruh secara parsial

Berpengaruh secara Simultan

2.6.3Rumusan Hipotesis

1. Diduga ada Pengaruh yang signifikan antara variabel Produk ( X1 ), Harga ( X2 ), Promosi ( X3 ), dan Tempat ( X4 ) terhadap Keputusan Pembelian ( Y ) baik secara simultan maupun parsial.

2. Diduga Variabel Harga memiliki pengaruh yang dominan terhadap Keputusan Pembelian ( Y ) dibandingkan ketiga variabel lainnya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Penelitian dilakukan diSupermarket Ramayana diJl. Gubernur Suryo A- 24 Gresik.

3.2 Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menjelaskan hubungan dan pengaruh beberapa variabel yang sudah ditetapkan, maka jenis penelitian yang digunakan ialah Penelitian Penjelasan ( Eksplanatory ). Jenis Data

Untuk melengkapi penelitian ini, maka perlu didukung oleh data yang lengkap dan akurat. Berdasarkan sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U / 1977 tanggal 11 JUli 1977 sebagaimana dikutip oleh Arikunto ( 2002; 96 ), Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif. Menurut Sugiyono ( 2003; 13 ), Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Masih menurut Sugiyono ( 2003; 13 ), data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari obyek yang kita teliti secara langsung. Dalam penelitian ini, data Primer didapat langsung dari responden dalam penelitian ini, yang berasal dari kuesioner dan wawancara langsung pada para Konsumen Supermarket Ramayana Gresik.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari luar obyek yang kita teliti akan tetapi memiliki hubungan dengan data yang telah kita kumpulkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Data sekunder digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap ataupun untuk diproses lebih lanjut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Wawancara

Adalah metode pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara langsung kepada responden guna mendapatkan data dan keterangan yang menunjang dalam penelitian.

2. Metode Kuesioner

1. Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada konsumen Supermarket Ramayana Gresik yang melakukan transaksi pembelian. Kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan merupakan hal yang penting mengingat pengumpulan data ini dilakukan dengan kuesioner dan diharapkan data yang diperoleh dapat dianalisis dan diinterpretasikan untuk diambil kesimpulan.

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri cirinya akan diduga ( Singarimbun, 1995 ). Sedangkan menurut Sugiyono ( 2003; 72 ) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam suatu survey tidak perlu meneliti semua individu dalam suatu karena akan memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Dalam penelitian ini, populasinya adalah orang yang berbelanja pada Supermarket Ramayana Gresik.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Convenience sampling atau Accidental Sampling, dimana peneliti memiliki kebebasan memilih responden yang mereka temui untuk diteliti ( Umar; 2000 ). Adapun sample yang diteliti adalah konsumen yang mellakukan pembelian lebih dari sekali dalam 6 bulan. Menurut Malhotra ( 1996 ), jumlah minimal responden adalah 4- 5 kali dari jumlah atribut yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, jumlah variabel yang akan diteliti sebanyak 15 atribut. Karena itu, jumlah minimum responden dalam penelitian ini adalah 60 hingga 75 responden.

3.7Pengujian Instrumen Kuesioner

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto ( 2002; 144 ) dikatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan, atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan teknik Korelasi Product Moment yang dirumuskan ( Arikunto; 2002 ) sebagai berikut:

rxy =

dimana : r = Koefisien Product Moment

X = Skor Variabel bebas ( X )

Y= Skor Variabel terikat ( Y )

N= Jumlah Responden

Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks Korelasi Product Moment Pearson dengan level signifikansi 5%. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka instrumen dinyatakan tidak valid. Sebaliknya, jika hasil korelasi lebih besar dari 0,05 maka instrumen dinyatakan valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto ( 2002; 154 ) mendefinisikan reliabilitas sebagai suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur yang dapat dipercaya atau diandalkan untuk diuji. Untuk mengetahuinya, maka dapat digunakan rumus alpha Cronbach dengan rumus:

dimana: r11 = Reliabilitas Instrumen

K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varians butir

= Varians total

Instrumen dapat dikatakan andal atau fleksibel bila memiliki koefisien reliabilitas 0,6 atau lebih ( Arikunto; 2002 ).

3.8 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner selanjutnya akan diolah dan dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1. Analisis Kualitatif

Analisa Kualitatif merupakan metode analisa yang mencantumkan data yang bukan merupakan angka atau data yang merupakan keterangan yang tidak dapat dibyatakan dalam bentuk angka ( Arikunto, 2002 ).

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan metode analisis data yang dilakukan dengan cara mengklasifikasikan, membandingkan, dan menghitung angka-angka dengan rumus-rumus yang relevan.

3.8.1Uji Hipotesis

1. Analisa Regresi Berganda

Analisa regresi linear berganda merupakan teknik analisis yang umum digunakan dalam menganalisa hubungan dan pengaruh satu variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas. Teknik analisis regresi berganda dapat dihitung dengan menggunakan rumus ( Rangkuti, 2003; 132 )

Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3+ …..beXe+ e

Dimana,

Y = Nilai prediksi Y

a = Bilangan konstan

b1, b2, b3,….., be = Koefisien Regresi

X1, X2, X3, …..Xe = Variabel independen

e = Variabel diluar model

2. Analisis Regresi Parsial

Analisis ini berguna untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat tertentu, sementara sejumlah variabel bebas lainnya yang ada atau diduga ada pertautannya dengan variabel terikat tersebut bersifat tetap atau konstan.

Rumus : t =

Dimana,

bi = Penduga bagi β1

sbi = Standar Error bagi β1

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi berganda ( R2 ) dapat digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau konstribusi dari keseluruhan variabel bebas ( X1, X2, X3, dan X4 ) pengaruhnya terhadap variabel terikat ( Y ), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas ( X ) yang tidak dimasukkan kedalam model. Model dianggap baik bila koefisien determinasi sama dengan satu atau mendekati satu ( Gujarati, 1995; 131 ). Adapun bentuk persamaan R2 sebagai berikut:

R2 =

Dimana,

R2 = Koefisien determinasi

Y = Variabel terikat

X = Variabel bebas

4. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel independen. Hipotesa dalam pengujian ini sebagai berikut:

H0 = b1= b2= b3= …..= bi= 0

Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Artinya variabel variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Ketentuan dari penerimaan atau penolakan hipotesa itu adalah bila Fstatistik> Ftabel, maka H0 ditolak, dan bila Fstatistik< Ftabel maka H0 diterima. F hitung dapat diperoleh dengan rumus =

Fstatistik =

Dimana :

F = Ukuran signifikansi dari koefisien regresi berganda secara keseluruhan ( simultan ).

K = Jumlah variabel bebas

N = Jumlah sampel

R2 = Koefisien determinasi

Uji F adalah pengujian secara serentak variabel bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian konsumen. Jika Fstatistik > Ftabel maka H0 ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian pada Supermarkat Ramayana Gresik.

5. Uji T

Untuk mengetahui pengaruh variabel- variabel Bauran Pemasaran secara parsial terhadap Keputusan Pembelian, maka digunakan uji T. Hasil uji T dapat dilihat pada outuput COEFFICIENTS. Persamaan regresi yang didapat ialah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ….. beXe + e

Hasil uji T merupakan hasil pengambilan keputusan terhadap hipotesis statistic:

H0 = b1 = b2 = b3 = …..= bi = 0

H1 ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ….. ≠ bi ≠ 0

Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara:

a. Bandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak.

b. Bandingkan nilai probabilitas ( dalam output SPSS tertulis SIG ) dengan besarnya nilai alpha ( α ). Jika probabilitasnya lebih kecil daripada α, maka H0 ditolak.

Apabila thitung > ttabel pada taraf uji 5%, berarti hipotesa nol ( H0 ) ditolak. Dengan demikian, secara parsial variabel- variabel bauran pemasaran mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Supermarket Ramayana Gresik. Untuk menentukan variabel bauran pemasaran yang memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian, ditentukan dengan melihat variabel yang memiliki nilai thitung lebih besar daripada variabel lainnya.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang kontinyu (Dajan, 1986:172). Kurva yang menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel . Hipotesis dalam pengujian ini adalah :

H0 : F(x) = F0(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili oleh sampel, dan F0(x) adalah fungsi distribusi suatu populasi berdistribusi normal.

H1 : F(x) ¹ F0 (x) atau distribusi populasi tidak normal.

Pengambilan Keputusan.

· Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.

· Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

( Singgih Santoso, 2001, 392 - 393 ).

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau yang pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan garis regresi ( Gujarati, 1995; 129 ). Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Tolerance and Variance Inflation Factor ( Singgih Santoso, 2000; 112 ). Pedoman suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas yaitu mempunyai nilai VIF < 10 dan angka tolerance < 1. Besarnya VIF dirumuskan sebagai berikut:

VIF =

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

Xt = Hubungan korelasi secara parsial

3. Uji Non- Autokorelasi

Istilah Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya ( Gujarati, 1995; 127 ). Adanya autokorelasi bertentangan dengan salah satu asumsi dasar dari regresi berganda, yaitu bahwa tidak adanya korelasi diantara alat acaknya. Artinya, jika ada autokorelasi, maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh kurang akurat.

Untuk dapat mendeteksi adanya autokorelasi dalam situasi tertentu, ada beberapa pengujian, antara lain metode grafik dan Durbin Watson ( Santoso, 2000; 119 ). Dalam penelitian ini, akan digunakan uji Durbin Watson. Pengujian Durbin Watson adalah sebagai berikut:

a. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei

b. Hitung dengan formula sebagai berikut:

d =

c. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu, dapatkan nilai kritis dl dan du.

d. Jika hipotesa nol ( H0 ) adalah tidak ada korelasi secara positif, maka jika

d < dl = Menolak H0

d > du = Tidak menolak H0

dl d ≤ 4-du = Pengujian tidak meyakinkan

e. Jika hipotesa nol ( H0 ) adalah tidak ada korelasi serial negatif, maka jika

d < 4- dl = Menolak H0

d > 4- du = Tidak menolak H0

4- du ≤ 4- dl = Pengujian tidak meyakinkan

Secara konvensional, dapat dikatakan bahwa suatu persamaan regresi dikatakan telah bebas autokorelasi jika uji Durbin Watson mendekati 2 atau lebih.

4. Uji Non-Heteroskedastisitas.

Suatu asumsi pokok dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah homoskedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama. Secara matemastis asumsi ini dapat dituliskan sebagai berikut :

E(uI2) = i = 1,2,3,…,N

Adapun metode yang akan dibahas disini yaitu metode Glejser (1969) dalam Sritua (1993:35) (Lihat juga Gujarati, 1997:187). Uji Glejser ini dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolut residuals yang diperoleh yaitu ei atas variabel XI untuk model ini yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

Ada atau tidaknya heteroskedastisitas ditentukan oleh nilai 1dan µ2.

3.9 Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dengan klasifkasi tertentu dan dapat pula diartikan segala sesuatu yang akan dijadikan obyek pengamatan penelitian. Sugiyono ( 2003; 32 ) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, atau obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menemukan variabel- variabel yang yang mempengaruhi konsumen Supermarket Ramayana dalam melakukan pembelian pada Supermarket Ramayana Gresik sebagai berikut:

1. Produk ( X1 ) menurut Kotler ( 2000; 448 ) adalah = “ Apa saja yang dapat ditawarkan kepasar untuk diperhatikan, diperoleh, dan digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan”.

Indikator –indikator yang terkait dengan produk =

X1.1 = Kelengkapan Produk

X1.2 = Kualitas Produk

X1.3 = Tanggapan terhadap Komplain

X1.4 = Tempat parkir yang luas dan aman

X1.5 = Kamar Kecil yang bersih

2. Harga ( X2 ) menurut Kotler ( 2000; 519 ) adalah = “ Segala uang yang pelanggan bayarkan untuk produk tertentu.

Indikator –indikator yang terkait dengan harga =

X2.1 = Penetapan harga

X2.2 = Perbandingan harga

3. Promosi ( X3 ) menurut Philip Kotler ( 2000 ) adalah = “ Semua kegiatan yang dilakukan Perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya pada pasar sasaran”.

Indikator –indikator yang terkait dengan promosi =

X3.1 = Citra atau image Supermarket Ramayana

X3.2 = Iklan yang dilakukan

X3.3 = Program diskon

3. Place ( X4 ), yaitu tempat dimana perusahaan tersebut berada untuk menyampaikan produknya pada konsumen.

Indikator –indikator yang terkait dengan lokasi =

X4.1 = Strategis

X4.2 = Kemudahan transportasi

X4.3 = Kenyamanan tempat

X4.4 = Kemudahan dalam pencarian produk

5. Keputusan pembelian ( Y ), yaitu keputusan untuk membeli pada Supermarket Ramayana Gresik.

Indikator yang terkait dengan Keputusan Pembelian =

Y = Frekuensi Pembelian pada Supermarket Ramayana Gresik

Tabel III.1

Penentuan Variabel Penelitian

No

Variabel

Indikator

Penjelasan

1

Produk ( X1 )

Kelengkapan Produk ( X1.1 )

Kualitas Produk ( X1.2)

Tanggapan Terhadap komplain ( X1.3 )

Tempat parkir yang luas dan aman ( X1.4 )

Kamar kecil yang bersih ( X1.5 )

X1.1 Kelengkapan produk yang dijual diSupermarket

X1.2 Kondisi barang dikaitkan dengan jangka waktu masa pakai

X1.3 Tanggapan Pengelola terhadap komplain konsumen

X1.4 Tempat parkir yang luas dan aman

X1.5 Tersedianya kamar kecil yang bersih

2

Harga ( X2 )

Penetapan harga ( X2.1)

Perbandingan harga ( X2.2)

Program harga murah ( X2.3 )

X2.1 Besarnya harga produk yang ditetapkan pengelola

X2.2 Penawaran harga untuk produk yang sama yang ditawarkan supermarket lain

X3.3 Adanya program diskon pada hari- hari tertentu

3

Promosi ( X3 )

Citra atau Image Supermarket Ramayana ( X3.1)

Advertising yang dilakukan ( X3.2)

X3.1 Pengaruh reputasi citra Supermarket Ramayana

X3.2 Pengaruh Advertising yang ditawarkan Supermarket Ramayana Gresik

4

Place ( X4 )

Strategis (X4.1)

Kemudahan Tran sportasi ( X4.2)

Kenyamanan tempat ( X4.3)

Kemudahan dalam pencarian produk ( X4.4 )

X4.1 Strategis, dekat dengan pusat keramaian

X4.2 Mudah dicapai dengan berbagai sarana transportasi

X4.3 Kenyamanan tempat berbelanja

X4.4 Penataan tempat yang baik hingga mudah dalam mencari produk

5

Keputusan Pembelian ( Y )

Frekuensi Pembelian ( Y )

Frekuensi pembelian pada Supermarket Ramayana Gresik.

Untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti melalui tanggapan responden, digunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, masing-masing jawaban pertanyaan baik untuk variabel bauran pemasaran ( X ) maupun variabel keputusan pembelian ( Y ) dalam kuesioner diberi skala sebagai berikut:

Skor

Jawaban untuk variabel Bauran Pemasaran yang berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian

Jawaban untuk variabel Keputusan Pembelian

5

4

3

2

1

Sangat berpengaruh

Berpengaruh

Cukup berpengaruh

Kurang berpengaruh

Tidak berpengaruh

Sangat setuju

Setuju

Cukup setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

1 comment: